BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Pembelajaran merupakan suatu sistem, yang terdiri dari berbagai komponen
yang saling berhubungan satu dengan yang lain. Komponen tersebut meliputi:
tujuan/kompetensi, materi, metode dan evaluasi. Keempat komponen pembelajaran
tersebut harus diperhatikan oleh guru dalam memilih atau menentukan pendekatan
dan model pembelajaran.
Berkenaan dengan pendekatan dan
model pembelajaran akan mengahantarkan kita untuk memahami berbagai hal yang
terkait dengan pola-pola pembelajan, model pembelajaran, cirri-ciri model
pembelajaran, rumpun pendekatan dalam setiap model pembelajaran, dan model
pembelajaran berdasarkan teori belajar, seperti : model interaksi social, model
pemrosesan informasi, model personal, dan model pembelajaran tingkahlaku.
Kegiatan pembelajaran dilakukan oleh
dua orang pelaku, yaitu guru dan siswa. Perilaku guru adalah mengajar dan
perilaku siswa adalah belajar. Prilaku mengajar dan belajar tersebut terkait
dengan bahan pembelajaran. Bahan pembelajaran dapat berupa pengetahuan,
nilai-nilai kesusilaan, seni, agama, sikap dan ketrempalian. Hubungan antara
guru, siswa dan bahan ajar, bersifat dinamis dan komplek.
Hasil penelitian para ahli tentang
kegiatan guru, siswa dalam kaitannya dengan bahan pengajaran dalam model pembelajaran.
Penelitian tentang model pembelajaran telah dilakukan oleh beberapa ahli di
amerika sejak tahun 1950-an. Perintis model pembelajaran di amerika serikat
adalah Marc Belth penelitian tentang kegiatan pembelajaran yaitu berusaha
menemukan model pembejajaran.
Model-model yang dikemukakan dapat
diubah, diuji kembali dan dikembangkan, selanjutnya dapat diterapkan dalam
kegiatan pembelajaran berdasarkan pola pembelajaran yang digunakan. Selain
model pembelajaran yang dikembangkan oleh Marc Belth, ada juga beberapa
pendapat para ahli seperti model Dick and Carey, model ASSURE, model Jerold E.
Kemp, dkk, model Smith dan Ragan, model ADDIE, model Front-end System Design
oleh A.W.Bates.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1
Bagaimanakah Model Jerold E. Kemp dkk ?
1.2.2
Bagaimanakah Aplikasi Model Pembelajaran Jerold E. Kemp
?
1.3 Tujuan Penulisan
1.3.1 Untuk mengetahui Model
Jerold E. Kemp dkk.
1.3.2 Untuk mengetahui Aplikasi Model Pembelajaran
Jerold E. Kemp.
1.4 Manfaat Penulisan
1.4.1
Memberikan informasi tentang Model
Jerold E. Kemp dkk.
1.4.2
Memberikan informasi tentang Aplikasi Model Pembelajaran Jerold E. Kemp.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Model
Jerold E. Kemp
Model desain sistem pembelajaran yang dikemukakan oleh Jerold E. kemp
dkk. (2001) berbentuk lingkaran atau Cycle. Menurut mereka, model berbentuk
lingkaran menunjukkan adanya proses kontinyu dalam menerapkan desain system
pembelajaran. Model desain sistem pembelajaran yang di kemukakan oleh Kemp dkk.
terdiri atas komponen-komponen sebagai berikut:
1. Mengidentifikasi masalah dan menetapkan
tujuan pembelajaran yaitu menentukan tujuan pembelajaran umum dimana tujuan
yang ingin dicapai dalam mengajarkan masing-masing pokok bahasan.
2. Menentukan dan menganalisis
karakteristik siswa. Ananlisis ini diperlukan antara lain untuk mengetahui
apakah latar belakang pedidikan dan sosial budaya siswa memungkinkan untuk
mengikuti program, dan langkah apa yang perlu diambil.
3. Mengidentifikasi materi dan menganalisis komponen-komponen tugas
belajar yang terkait dengan pencapaian tujuan pembelajaran.
4. Menetapkan
tujuan pembelajaran khusus bagi siswa. Yaitu tujuan yang spesifik, operasional
dan terukur, dengan demikian siswa akan tahu apa yang akan dipelajari,
bagaimana mengerjakannya, dan apa ukurannya bahwa siswa telah berasil. Dari
segi guru rumusan itu dalam menyusun tes kemampuan dan pemilihan bahan/materi
yang sesuai.
5. Membuat sistematika penyampaian
materi pelajaran secara sistematis dan logis.
6. Merancang strategi pembelajaran.
Kriteria umum untuk pemilihan strategi pembelajaran khusu tersebut: a)
efisiensi, b) keefektifan, c) ekonomis, d) kepraktisan, peralatan, waktu, dan
tenaga.
7. Menetapkan metode untuk menyampaikan materi
pelajaran.
8. Mengembangkan instrument
evaluasi. Yaitu untuk mengontrol dan mengkaji keberhasilan program secara
keseluruhan, yaitu : a) siswa, b) program pembelajaran, c) instrumen evaluasi.
9.
Memilih sumber-sumber yang dapat
mendukung aktifitas pembelajaran.
Gambar Model desain sistem pembelajaran Kemp dkk.
Model desain sistem pembelajaran memungkinkan penggunanya untuk memulai
kegiatan desain dari komponen yang mana saja. Model ini tergolong dalam
taksonomi model yang berorientasi pada kegiatan pembelajaran individual atau
klasikal. Model ini dapat digunakan oleh guru untuk menciptakan proses
pembelajaran yang berlangsung di dalam kelas secara efektif, efisien dan
menarik.
Diagram pada gambar menggambarkan model desain sistem pembelajaran yang
dikemukakan oleh Kemp dkk. Model ini berbentuk siklus yang memberi kemungkinan
bagi penggunanya untuk memulai kegiatan desain sistem pembelajaran dari fase
atau komponen yang mana pun sesuai dengan kebutuhan.
Menurut Gustafson dan Branch (2002), model desain sistem pembelajaran
yang dikemukakan oleh Kemp dkk merupakan sebuah model yang berfokus pada
perencanaan kurikulum. Model dengan pendekatan trdisional ini memprioritaskan
langkah dan perspektif siswa yang akan menempuh proses pembelajaran. Faktor
penting yang mendasari penggunaan model desain sistem pembelajaran kamp, yaitu:
1.
Kesiapan siswa dalam mencapai kompetensi dan tujuan pembelajaran.
2.
Strategi pembelajaran dan karakteristik siswa.
3.
Media dan sumber belajar yang tepat.
4.
Dukungan terhadap keberhasilan belajar siswa.
5.
Menentukan keberhasilan siswa dalam mencapai tujuaan pembelajaran.
6. Revisi untuk membuat
program pembelajaran yang efektif dan efisien.
2.2 Aplikasi
Model Pembelajaran Jerold E. Kemp
Model desain pembelajaran J. Kemp merupakan model desain pembelajaran di
jenjang SD, SMP, dan SMA. Aplikasi model desain pembelajaran ini dibuat dalam
bentuk Rencana Pelaksanaan Pembelajara (RPP). Perencanaan pembelajaran atau
biasa disebut Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah rancangan
pembelajaran mata pelajaran per unit yang akan diterapkan guru dalam
pembelajaran di kelas. Berdasarkan RPP inilah seorang guru (baik yang menyusun
RPP itu sendiri maupun yang bukan) diharapkan bisa menerapkan pembelajaran
secara terprogram. Karena itu, RPP harus mempunyai daya terap (aplicable) yang
tinggi. Tanpa perencanaan yang matang, mustahil target pembelajaran bisa
tercapai secara maksimal. Pada sisi
lain, melalui RPP pun dapat diketahui kadar kemampuan guru dalam menjalankan
profesinya.
Sebagaimana rencana pembelajaran pada umumnya, rencana pembelajaran
melalui pendekatan kontekstual dirancang oleh guru -yang akan melaksanakan
pembelajaran di kelas¬yang berisi skenario tentang apa yang akan dilakukan
siswanya sehubungan topik yang akan dipelajarinya.
Dalam penerapan aplikasi model J. Kemp, diterapkan dalam sebuah RPP yang
bisa dijabarkan sebagai berikut :
a.
Menentukan Tujuan Umum
Sebagaimana diketahui bahwa
menuliskan tujuan pembelajaran umum (TPU) untuk pokok bahasan adalah salah satu
unsur penting dalam proses perencanaan pembelajaran. Beberapa pendekatan
perencanaan menghendaki atau mempersyaratkan segera dilakukannya penulisan
tujuan umum tersebut setelah diketahui pokok bahasan yang akan diajarkan.ini
pekerjaan sulit dan kurang disenangi dan tidak banyak orang yang dapat merinci
dengan jelas berbagai tujuan umum. Bahkan ketika tujuan umum mulai ditulis,
berbagai istilah berikut ini sering digunakan seperti : memahami, mempelajari,
menanamkan sikap, memperoleh keterampilan, dan lain-lain. Semua istilah di atas
itu tidak cocok untuk menyatakan tujuan kegiatan belajar.Penggunaan istilah di
atas memang menyatakan tujuan atau maksud guru sebagai hasil belajar utama
setelah mempelajari pokok bahasan yang ditentukan, namun tidak secara khusus
menunjukkan kemampuan apa yang harus dicapai siswa. Jangan menyamakan
pernyataan tujuan, yang ditulis secara umum untuk suatu mata diklat secara
keseluruhan, dengan tujuan pembelajaran umum pembelajaran (TPU) yang ditulis
untuk suatu pokok bahasan. Beberapa istilah dapat digunakan untuk tujuan umum
diantaranya : menghargai, mengenali, menentukan, memahami arti, menguasai,
menilai, mengerti, dan sebagainya. Jadi tujuan umum terdiri atas sebuah kata
kerja yang tidak pasti, dan isi pokok bahasan yang bersifat luas.
b.
Menganalisis Karakteristik Siswa
Analisis pararel terhadap peserta
didik dan konteks dimana mereka belajar, dan konteks apa tempat mereka
menggunakan hasil pembelajaran. Keterampilan-keterampilan perserta didik yang
ada saat ini, yang lebih disukai, dan sikap-sikap ditentukan berdasarkan
karakteristik atau setting pembelajaran dan setting lingkungan tempat
keterampilan diterapkan. Aspek-aspek yang diungkap dalam kegiatan ini dapat
berupa bakat, motivasi belajar, gaya belajar, kemampuan berfikir, minat, atau
kemampuan awal.
c.
Menentukan Tujuan Pembelajaran Khusus
Mengacu kepada pengertian tujuan
pembelajaran umum di atas menunjukkan kurang jelasnya apa yang diharapkan dari
siswa. Kalau apa yang diharapkan tidak dibatasi dengan jelas, siswa tentu tidak
akan tahu dengan pasti apa yang akan dipelajari atau kegiatan apa yang perlu
dilaksanakan. Di samping itu, tanpa batasan tersebut, guru tentu akan
menghadapi kesulitan dalam mengukur hasil belajar secara rinci. Kelemahan ini
dapat diatasi apabila guru menuliskan dengan tepat manfaat nyata yang akan
diperoleh siswa sebagai hasil belajar mereka.Manfaat ini dapat ditunjukkan
dalam bentuk sesuatu yang akan diraih siswa setelah belajar. Dari sinilah lahir
tujuan pembelajaran khusus (TPK.) atau sasaran pembelajaran. Dengan mengetahui
apa yang diharapkan dalam bentuk tujuan pembelajaran khusus kita memperoleh
manfaat antara lain :
• Siswa dapat mengatur tata cara belajar mereka dengan
baik dan menyiapkan diri untuk menempuh ujian.
• Siswa memiliki
rasa percaya diri dan termotivasi untuk melanjutkan kegiatan belajar berikutnya.
• Merupakan
landasan bagi guru dalam memilih dan menyusun aktivitas pembelajaran dan sumber
belajar, serta memilih media metode agar pembelajaran lebih efektif.
• Tujuan
pembelajaran khusus merupakan acuan kerja untuk merancang alat evaluasi. Jadi tujuan
pembelajaran khusus (TPK.) harus dapat menjadi dasar untuk merancang
• cara dan soal
ujian yang relevan. Tujuan pembelajaran khusus dapat dikelompokkan ke dalam
tiga kategori utama yakni ranah kognitif, ranah psikomotor, dan ranah afektif.
Pemahaman tentang jenjang dalam tiap ranah sangat berguna ketika merencanakan
satuan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) untuk suatu mata diklat.
d.
Menentukan Materi Pembelajaran
Setelah menetapkan tujuan khusus
pembelajaran, maka langkah berikutnya adalah menetapkan isi (produk) belajar
atau bahan ajar.Proses pembelajaran dapat ditingkatkan apabila bahan ajar atau
tata cara yang akan dipelajari tersusun dalam urutan yang bermakna. Kemudian,
bahan itu harus disajikan kepada siswa dalam beberapa bagian, dimana banyak
sedikitnya bagian tersebut bergantung pada urutan, kerumitan, dan tingkat
kesulitannya. Susunan dan tata cara ini dapat membantu siswa menggabungkan dan
memadukan pengetahuan atas proses secara pribadi. Pada tahap ini ditetapkan
konsep, prinsip, azas yang mana harus dikuasai siswa. Bahan ajar yang
ditetapkan itu diuraikan dalam setiap langkah pembelajaran secara sistematis.
e.
Menentukan Kegiatan Belajar Mengajar
Setelah tujuan pembelajaran umum,
tujuan pembelajaran khusus,dan tata urut bahan ajar telah ditetapkan oleh guru,
maka muncul persoalan berikutnya yakni bagaimana memilih strategi pembelajaran.
Penetapan strategi pembelajaran mengacu kepada proses penetapan struktur
kegiatan pembelajaran. Dalam strategi pembelajaran mesti tergambarkan
tahap-tahap pengajaran, situasi belajar yang perlu dikembangkan, kegiatan guru
dan siswa, dan sumber-sumber belajar. Proses menentukan struktur kegiatan
belajar mengajar ini berkaitan erat dengan pemilihan penentuan model mengajar
yang digunakan. Walaupun seorang guru tidak mungkin secara kaku hanya
menggunakan satu model mengajar tertentu dalam suatu kegiatan pembelajaran,
namun model utama yang akan digunakan kiranya dapat pula ditentukan.Dalam
kegiatan pembelajaran guru dapat memilih satu atau beberapa model mengajar yang
relevan sebagai strategi .
f.
Menentukan Pre-Test
Menilai hasil belajar merupakan unsur
terakhir dari keempat unsur penting dalam proses perancangan pembelajaran.
Untuk merancang alat penilaian hasil belajar guru perlu mengenali kembali
rumusan tujuan pembelajaran khusus (TPK.). Untuk kemudian guru harus
mengembangkan alat uji dan bahan untuk mengukur seberapa jauh siswa telah
menguasai pengetahuan yang dipelajarinya, dapat memperagakan keterampilannya,
dan menunjukkan perubahan dalam sikapnya sebagaimana yang dituntut tujuan khusus
pembelajaran tersebut. Harus ada hubungan langsung antara tujuan khusus
pembelajaran dengan soal dalam alat uji penilaian. Beberapa pakar bahkan
menganjurkan agar segera setelah isi bahan ajar dan rincian tujuan pembelajaran
khusus selesai ditulis, guru dapat langsung membuat soal ujian yang berhubungan
dengan isi mata diklat tadi.
g.
Melakukan Evaluasi
Evaluasi merupakan alat yang
digunakan untuk mengungkap taraf kenberhasilan pembelajaran, khususnya untuk
mengukur hasil belajar siswa. Melalui evaluasi dapat diketahui efcktivitas
proses pembelajaran dan tingkat pencapaian tujuan yang telah ditetapkan.
Evaluasi yang baik adalah alat yang tepat (valid), dapat dipercaya (reliable)
dan memadai (adequate). Pcngukuran tingkat keberhasilan siswa dapat dilakukan
dengan menggunakan tes tertulis (written test), tes lisan (oral test) ataupun
tes praktck (performance test). Evaluasi mcrupakan laporan (akhir) dari proses
pembelajaran khususnya laporan tentang kemajuan prestasi belajar siswa. Evaluasi
secara otomatis merupakan pertanggungjawaban guru dalam pelaksanaan proses
pembelajaran. Rencana pelaksanaan pembelajaran untuk mata diklat tertentu
dharus menekankan pada pengajaran pengetahuan atau keterampilan namun tidak
mengabaikan penekanan pada aspek afektif. Merancang RPP dengan cara bersistem
diharapkan dapat mempersiapkan para siswa untuk menggunakan semua yang mungkin
mereka kuasai untuk kebutuhan pribadi, sosial, atau pekerjaan dimasa datang.
Apapun tujuan suatu mata diklat, proses perencanaan pelaksanaan pembelajaran
membutuhkan proses berpikir secara menyeluruh. Jadi pendekatan yang dipilih
seyogianya pendekatan yang memungkinkan adanya kerja sama antara siswa (dan
dengan guru). Berbagai hasil penelitian yang dilakukan baik di dalam negeri
maupun di luar negeri menyimpulkan bahwa hasil belajar siswa yang diajar guru
dengan menggunakan persiapan mengajar dengan baik, lebih efektif dibandingkan
dengan hasil belajar siswa yang diajar tanpa menggunakan persiapan mengajar
yang baik.
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Dari penjelasan diatas dapat
disimpulkan bahwa Model desain sistem pembelajaran yang di kemukakan oleh kemp
terdiri atas komponen-komponen sebagai berikut:
1. Mengidentifikasi
masalah dan menetapkan tujuan pembelajaran
2. Menentukan
dan menganalisis karakteristik siswa.
3. Mengidentifikasi materi dan
menganalisis komponen-komponen tugas belajar yang terkait dengan pencapaian
tujuan pembelajaran.
4. Menetapkan
tujuan pembelajaran khusus bagi siswa.
5. Membuat
sistematika penyampaian materi pelajaran secara sistematis dan logis.
6. Merancang
strategi pembelajaran.
7. Menetapkan
metode untuk menyampaikan materi pelajaran.
8. Mengembangkan
instrument evaluasi.
9. Memilih
sumber-sumber yang dapat mendukung aktifitas pembelajaran.
Model desain pembelajaran J. Kemp merupakan model desain pembelajaran di
jenjang SD, SMP, dan SMA. Aplikasi model desain pembelajaran ini dibuat dalam
bentuk Rencana Pelaksanaan Pembelajara (RPP). Perencanaan pembelajaran atau
biasa disebut Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah rancangan
pembelajaran mata pelajaran per unit yang akan diterapkan guru dalam
pembelajaran di kelas.
3.2 Saran
Penulis berharap dengan makalah
ini, pembaca supaya bisa memahami, dan mau
menerapkan Model Disain Sistem Pembelajaran Jerold E. Kemp dkk
dan mampu mengaplikasikan Model Pembelajaran Jerold E. Kemp.
DAFTAR PUSTAKA
Hamalik,
Oemar. 1991. Model-Model Pengembangan
Kurikulum. Bandung: PPs Universitas Pendidikan Indonesia.
Pribadi, Benny A.2009. Model
Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta: Dian Rakyat.
Abd. Gafur. 1989. Disain
Instruksional Suatu langkah sistematis penyusunan pola dasar kegiatan
belajar mengajar. Solo.
Tiga Serangkai.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar