1 Jan 2013

MEMPROSES PERJALANAN BISNIS


Perjalanan bisnis adalah perjalanan ke suatu tempat kerja yang berbeda yang ditentukan oleh perusahaan. Perjalanan bisnis dilaksanakan oleh pimpinan berkaitan dengan tugas pekerjaan untuk jangka waktu tertentu.
    1. Ada tiga cara yang dapat dilakukan untuk mengurus dan mempersiapkan segala sesuatu yang berkenaan dengan melakukan perjalanan bisnis, yaitu:
      1. In house travelling department, yaitu divisi/bagian di perusahaan yang khusus menangani perjalanan bisnis pada suatu perusahaan dan bertanggung jawab mulai dari persiapan dokumen, mengurus tiket dan hotel di mana pimpinan akan menginap, serta mengurus keuangan/pembiayaan selama perjalanan bisnis.
      2. Travel Bureau (Biro Perjalanan), yaitu perusahaan menggunakan jasa biro perjalanan untuk mempersiapkan perjalanan bisnis pimpinan karena lebih praktis dan tidak merepotkan perusahaan.
      3. Administrasi Kantor/Sekretaris, yaitu administrasi kantor/sekretaris sendiri yang mempersiapkan perjalanan bisnisnya, maka administrasi kantor/sekretaris harus segera mempersiapkan segala sesuatu yang berhubungan dengan perjalanan bisnis pimpinannya, seperti mempersiapkan semua dokumen perusahaan, mengurus paspor, visa, tiket, dan hotel yang disukai pimpinan.
  1. Persiapan perjalanan bisnis meliputi:
    1. Persiapan rencana perjalanan bisnis.
    2. Persiapan dokumen perjalanan bisnis.
    3. Persiapan tranportasi dan akomodasi.
    4. Persiapan daftar perjalanan bisnis (itinerary).
    5. Persiapan pembiayaan perjalanan bisnis.
  2. Persiapan yang perlu dilakukan sebelum melakukan perjalanan bisnis, yaitu mengumpulkan informasi tentang:
    1. Siapa yang bertanggung jawab dalam perjalanan bisnis.
    2. Menentukan tujuan utama perjalanan bisnis pimpinan.
    3. Mencari tahu waktu atau jadwal yang pastientang cara perjalana bisnis mengenai keberangkatan, kedatangan, dan persinggahan.
    4. Prosedur  tentang transportasi dan hotel yang biasa dipakai oleh pimpinan.
    5. Jumlah uang perjalanan yang akan diperoleh oleh seorang pimpinan.
    6. Cara pemesanan tiket pesawat dan hotel.
    7. Customs regulations (peraturankepabeanan.
    8. Baggage (bagasi).
    9. Cara memperoleh pengantian ongkos perjalanan.
    10. Dokumen/materi apa saja yang perlu dipersiapkan.
  3. Tujuan-tujuan perjalanan bisnis:
    1. Perjalanan bisnis untuk mengikuti tender proyek.
    2. Perjalanan bisnis untuk mengikuti pertemuan bisnis dengan maksud mengadakan penjajakan kerja sama peluang bisnis dengan perusahaan lain.
    3. Perjalanan bisnis untuk mengikuti seminar atau rapat kerja nasional.
    4. Perjalanan bisnis untuk mengikuti Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).
    5. Perjalanan bisnis untuk melakukan pembukaan kantor/perusahaan cabang.
    6. Perjalanan bisnis untuk mengikuti pendidikan dan pelatihan (diklat).
    7. Perjalanan bisnis untuk mengadakan kunjungan kerja ke daerah-daerah maupun ke negara lain.
  4. Informasi yang harus diketahui oleh administrasi kantor/sekretaris:
    1. Reconfirmation (konfirmasi ulang), yaitu proses penegasan kembali atau konfirmasi ulang tentang kapan pimpinan akan berangkat dengan airlines(perusahaan maskapai penerbangan) tersebut.
    2. Shuttle flights, yaitu penerbangan pulang pergi dalam satu negara. Penerbangan biasanya dilakukan setiap jam, sehingga tidak perlu membuatreservation (pemesanan). Tiket dapat langsung dibeli di airport (bandara) dengan uang tunai atau dengan kartu kredit, seperti penerbangan dengan tujuan Jakarta–Surabaya atau Jakarta–Batam.
    3. Open return, yaitu tiket yang dapat dipakai untuk perjalanan, namun belum diketahui dengan pasti kapan akan kembali. Bila pimpinan telah memutuskan tanggal kembalinya (saat itu beliau dalam perjalanan), pimpinan harus melakukan konfirmasi kepada airlines melalui telepon, sedangkan tiket dapat diurus di bandara pada waktu keberangkatan.
    4. Redeeming tickets, yaitu membatalkan tiket pesawat yang sudah dibeli dan mendapatkan kembali uangnya setelah dipotong biaya administrasi.
  5. Baggage (bagasi), yaitu ketentuan tentang jumlah barang yang boleh dibawa ke kabin pesawat. Bagasi tidak boleh melebihi ukuran dan berat yang telah ditentukan oleh perusahaan maskapai penerbangan yang bersangkutan.
  6. Dokumen internal:  surat tugas dan surat peintah perjalanan dinas (SPPD).
Dokumen eksternal: paspor, visa, surat keterangan fiskal,exit permit (tanda bukti perizinan), sertifikat kesehatan (health certificate)/yellow card, tiket pesawat terbang (air ticket), voucher penginapan, surat, travel funds, tiket transportasi, dan tiket akomodasi hotel.
  1. Dokumen yang diperlukan untuk membuat paspor:
    1. kartu tanda penduduk (KTP),
    2. kartu keluarga (KK),
    3. ijazah pendidikan terakhir,
    4. surat keterangan (SK) pengangkatan pegawai,
    5. surat keterangan catatan kepolisian (SKCK),
    6. akta kelahiran,
    7. surat tugas dari instansi terkait.
  2. Macam-macam paspor:
    1. Paspor biasa (normal passport) adalah paspor bersampul warna hijau, biasa disebut paspor hijau, yaitu paspor yang digunakan oleh masyarakat umum. Paspor biasa ini diperoleh di kantor imigrasi setempat, ditulis dalam Bahasa Indonesia dan masa berlakunya adalah lima tahun.
    2. Paspor dinas adalah paspor yang bersampul warna biru, biasa disebut paspor biru, yaitu paspor untuk pegawai/pejabat pemerintah yang melaksanakan tugas kenegaraan/perjalanan dinas ke luar negeri. Pengurusan paspor ini dilakukan di Departemen Luar Negeri dan hanya untuk pejabat pemerintah. Masa berlaku paspor tergantung dari keperluannya, pada umumnya satu tahun atau lebih, ditulis dalam Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris.
    3. Paspor diplomatik adalah paspor bersampul warna hitam, sering disebut paspor hitam, yaitu paspor yang digunakan oleh pejabat diplomatik, seperti duta besar atau pejabat-pejabat tertentu kedutaan. Paspor diplomatik dikeluarkan oleh Departemen Luar Negeri dan ditulis dalam Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris.
    4. Paspor haji adalah paspor bersampul warna coklat, yaitu paspor khusus untuk orang-orang yang akan menunaikan ibadah haji. Paspor ini dapat diperoleh di Departemen Agama. Masa berlaku paspor sesuai dengan lamanya melakukan ibadah haji.
    5. Paspor khusus adalah paspor khusus untuk pejabatUnited Nations (PBB) dan biasanya mendapatkan perlakuan diplomatik. Ada dua macam paspor khusus, yaitu bersampul warna merah untuk pejabat tinggi PBB dan bersampul warna biru muda untuk staf PBB.
  3. Macam-macam visa:
    1. Transit visa, yaitu visa biasa yang diberikan kepada seseorang yang singgah (transit) di suatu kota di suatu negara tertentu, biasanya hanya untuk 1–3 hari, kemudian melanjutkan perjalanan kembali ke negara tujuan.
    2. Tourist visa, yaitu visa untuk orang-orang yang mengadakan perjalanan pariwisata. Di Indonesia visa turis hanya berlaku untuk dua bulan dan tidak dapat diperpanjang secara otomatis. Apabila hendak memperpanjang, para turis harus ke luar dahulu dari Indonesia untuk meminta visa lagi dari Kedutaan Besar RI di luar negeri.
    3. Bussiness visa, yaitu visa untuk para pebisnis yang akan melakukan kunjungan bisnis/urusan dagang ke suatu negara.
    4. Diplomatic visa, yaitu visa yang diberikan kepada pejabat kedutaan, konsulat atau perwakilan suatu negara yang patut diberikan penghormatan atas dasar hukum dan pergaulan diplomatik internasional.
    5. Official visa, yaitu visa yang diberikan kepada pejabat resmi suatu negara, dalam hubungan internasional hal ini sebagai tanda persahabatan kedua negara.
    6. Immigrant visa, yaitu visa yang diberikan kepada para imigran, yakni orang-orang yang mengadakan perjalanan ke suatu negara dan berkeinginan menetap di negara tersebut.
  4. Syarat-syarat mendapatkan visa:
    1. Menunjukkan paspor yang masih berlaku.
    2. Mempunyai tanda bukti perizinan memasuki suatu negara berupa kertas yang ditempel atau dicap di paspor (exit permit).
    3. Sudah mempunyai tiket pulang pergi (round trip tickets) ke negara yang akan dikunjungi.
    4. Membawa persiapan uang (travelers funds) untuk menjamin keadaan selama di luar negeri. Pimpinan dapat menggunakan travelers fundsTravelers fundsdapat diperoleh dari bank dan dapat berupatravelers cheque (sejenis cek yang jumlah nominalnya berbeda-beda), letter of credit (L/C) merupakan surat yang digunakan ketika seseorang membutuhkan dana dalam jumlah besar, atau kartu kredit/credit card.
    5. Memiliki surat garansi dan surat sponsor dari perusahaan dan dapat memberikan alamat tempat menetap yang akan dikunjungi sebagai alasan keberangkatan ke luar negeri.
    6. Mengisi application form (formulir aplikasi) danmembayar biaya yang telah ditentukan oleh kedutaan atau perwakilan negara yang bersangkutan.
    7. Menyerahkan pas foto berwarna.
  5. Istilah-istilah”
    1. Travelers funds merupakan uang dalam bentuk lain yang berguna untuk menjamin keamanan pimpinan selama melaksanakan perjalanan bisnis.
    2. Letter of credit (L/C), yaitu surat yang digunakan ketika seseorang membutuhkan dana dalam jumlah besar selama dalam perjalanan, biasa digunakan untuk pembayaran bisnis dalam jumlah besar.
    3. Travelers cheque, yaitu sejenis cek dengan jumlah nominal yang berbeda-beda, dengan jumlah nominal yang relatif kecil mulai dari US$ 10, 20, 50, atau 100 dan ditandatangani pada saat pembelian.
    4. Credit card (kartu kredit), yaitu kartu yang diterbitkan suatu bank, di mana bank penerbit kartu kredit tersebut meminjamkan uang kepada konsumennya. Dapat digunakan untuk pembayaran kredit ataupun ketika memerlukan uang tunai.
    5. Biaya meals entertainment, yaitu biaya yang digunakan untuk menjamu relasi.
  6. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menyiapkan akomodasi perjalanan bisnis:
    1. Pemesanan kamar hotel sebaiknya dilakukan sehari sebelumnya, bisa dilakukan melalui telepon, faksimileatau pesan langsung saat tiba di hotel. Gunakan nama pemesan yang benar sesuai KTP untuk memudahkan pengecekan.
    2. Check In dilakukan pada saat memesan kamar di bagian reservation (pemesanan) atau front office(resepsionis). Petugas akan memberitahu tentang beberapa fasilitas serta sarana yang dimiliki hotel.
    3. Check Out , pada umumnya hotel menentukan waktucheck out sekitar antara pukul 12.00 – 14.00 di hari terakhir menginap, di mana tamu hotel kemudian menyerahkan kunci kamar dan memeriksa barang-barang yang dibawa. Biasanya dalam proses check out, resepsionis akan menghubungi bagian-bagian di hotel tersebut, seperti restoran, kafe, bar untuk mengetahui fasilitas apa saja yang telah digunakan oleh tamu yang belum dibayar.
    4. Cara pembayaran, biasanya pembayaran dilakukan pada saat check in, sesuai lamanya waktu menginap dan kelas kamar yang dipilih, pembayaran ini hanya untuk biaya kamar. Untuk biaya-biaya lain, seperti makan minum dibayar langsung setelahnya (saat check out). Tetapi ada pula beberapa hotel yang memakai sistem pembayaran kamar dan fasilitas lainnya dilakukan pada saat akan check out.
  7. Jenis-jenis pembiayaan dalam perjalanan bisnis:
    1. Biaya dokumen perjalanan. Misalnya, biaya pengurusan paspor, biaya fiskal dan airport tax, biaya exit permit, dan biaya health certificate.
    2. Biaya transportasi, meliputi biaya transport pulang pergi, dan biaya transport lokal selama dalam perjalanan bisnis.
    3. Biaya akomodasi.
    4. Biaya acara/kontribusi penyelenggaraan acara. Misalnya biaya seminar, biaya pelatihan.
    5. Biaya meals entertainment, yaitu biaya yang digunakan untuk menjamu relasi.
    6. Biaya konsumsi.
    7. Biaya lunsum/perdien, yaitu biaya pengganti selama bekerja di luar perusahaan.


Cara pengaturan waktu pertemuan bisnis yang tepat: Pengaturan jadwal perjalanan pimpinan  harus berpedoman pada timetable(daftar waktu perjalanan) dari semua perusahaan transportasi yang akan dipakai dalam perjalanan bisnis ini.
    1. Informasi yang diperlukan oleh administrasi kantor/sekretaris sebelum menyusun daftar perjalanan bisnis:
a.    Mengetahui terlebih dahulu rencana perjalanan pimpinan dan kegiatan-kegiatan pimpinan selama acara perjalanan bisnis tersebut.
b.    Memelajari timetable (daftar waktu perjalanan).Timetable (daftar waktu perjalanan) adalah buku yang berisi daftar rute perjalanan, waktu keberangkatan (departure), waktu kedatangan/tiba di tempat tujuan (arrival), dan jenis alat transportasi apa yang digunakan (kereta api, mobil, pesawat terbang, atau kapal laut).
  1. Langkah-langkah dalam menyusun laporan pembiayaan perjalanan bisnis:
    1. Mengumpulkan bukti-bukti pengeluaran, seperti kuitansi, bon, nota, atau catatan-catatan kecil bukti pengeluaran uang.
    2. Mengelompokkan bukti pengeluaran tersebut ke dalam pos-pos. Misalnya, pos biaya penginapan, pos biaya transportasi, pos biaya entertainment (biaya yang dikeluarkan untuk menjamu mitra/relasi bisnis), pos biaya makan-minum, dan pos pengeluaran lainnya.
    3. Menjumlah secara keseluruhan pos pengeluaran tersebut, sehingga akan terlihat jumlah nominal uang yang sudah dikeluarkan perusahaan untuk perjalanan bisnis pimpinan.
  2. Daftar perjalanan bisnis memuat hal-hal berikut.
    1. Waktu keberangkatan: hari, tanggal, bulan, tahun, dan pukul.
    2. Tempat tujuan perjalanan bisnis, nama kota atau nama negara untuk perjalanan ke luar negeri.
    3. Jangka waktu perjalanan bisnis: jumlah hari/minggu/bulan.
    4. Jenis transportasi yang dipakai.
    5. Tujuan perjalanan bisnis.
    6. Kapan selesai/tiba kembali.
  3. Ada dua laporan perjalanan bisnis yang harus dibuat, antara lain membuat laporan tentang hasil perjalanan bisnis dan laporan pembiayaan perjalanan bisnis.
  4. Timetable (daftar waktu perjalanan) adalah buku yang berisi daftar rute perjalanan, waktu keberangkatan (departure), waktu kedatangan/tiba di tempat tujuan (arrival), dan jenis alat transportasi apa yang digunakan (kereta api, mobil, pesawat terbang, atau kapal laut).
  5. Timetable (daftar waktu perjalanan) pesawat terbang biasanya memuat informasi tentang:
    1. Daftar nama-nama kota/kabupaten keberangkatan dan kota/kabupaten tujuan.
    2. Daftar waktu keberangkatan dan waktu tiba di tempat tujuan.
    3. Jenis/tipe dan nomor penerbangan (untuk transportasi udara).
  6. Menyiapkan semua berkas perusahaan, makalah, brosur, dan dokumen-dokumen lainnya yang berhubungan dengan urusan bisnis perusahaan, maupun dokumen yang berhubungan dengan perjalanan bisnis. Kemudian administrasi kantor/sekretaris melakukan pemesanan, mulai dari pemesanan tiket perjalanan dari jenis transportasi yang akan digunakan, pemesanan hotel yang telah dipilih, dan jenis akomodasi lainnya.

Perjalanan bisnis adalah perjalanan ke suatu tempat kerja yang berbeda yang ditentukan oleh perusahaan. Perjalanan bisnis dilaksanakan oleh pimpinan berkaitan dengan tugas pekerjaan untuk jangka waktu tertentu.
    1. Dokumen eksternal: paspor, visa, surat keterangan fiskal, exit permit (tanda bukti perizinan), sertifikat kesehatan (health certificate)/yellow card, tiket pesawat terbang (air ticket), voucherpenginapan, surat, travel funds, tiket transportasi, dan tiket akomodasi hotel.
    2. Tugas terakhir yang harus diselesaikan administrasi kantor/sekretaris atau staf di bagian perjalanan adalah membuat laporan perjalanan bisnis. Ada dua laporan perjalanan bisnis yang harus dibuat, antara lain membuat laporan tentang hasil perjalanan bisnis dan laporan pembiayaan perjalanan bisnis.
    3. Langkah-langkah yang harus dilakukan administrasi kantor/sekretaris dalam menyusun/mengatur jadwal perjalanan bisnis, yaitu sebagai berikut.
a.   Mengetahui terlebih dahulu rencana perjalanan pimpinan dan kegiatan-kegiatan pimpinan selama acara perjalanan bisnis tersebut.
b.    Memelajari timetable (daftar waktu perjalanan).Timetable (daftar waktu perjalanan) adalah buku yang berisi daftar rute perjalanan, waktu keberangkatan (departure), waktu kedatangan/tiba di tempat tujuan (arrival), dan jenis alat transportasi apa yang digunakan (kereta api, mobil, pesawat terbang, atau kapal laut).
5.    Timetable (daftar waktu perjalanan) adalah buku yang berisi daftar rute perjalanan, waktu keberangkatan (departure), waktu kedatangan/tiba di tempat tujuan (arrival), dan jenis alat transportasi apa yang digunakan (kereta api, mobil, pesawat terbang, atau kapal laut).
6.    Timetable (daftar waktu perjalanan) pesawat terbang biasanya memuat informasi tentang:
  1. Daftar nama-nama kota/kabupaten keberangkatan dan kota/kabupaten tujuan.
  2. Daftar waktu keberangkatan dan waktu tiba di tempat tujuan.
  3. Jenis/tipe dan nomor penerbangan (untuk transportasi udara).
7.    Perjalanan bisnis menggunakan transportasi darat (mobil dan kereta api)
  1. Perjalanan bisnis menggunakan mobil
Hal-hal yang harus dipersiapkan apabila perjalanan bisnis dilakukan dengan menggunakan kendaraan mobil, antara lain:
1)         Surat-surat, seperti SIM (Surat Izin Mengemudi), STNK (Surat Tanda Nomor Kendaraan, Kartu Asuransi, KTP (Kartu Tanda Penduduk), dan surat-surat lainnya.
2)         Membawa peta dan rute perjalanan yang akan dilalui.
3)         Memeriksa kondisi mobil sampai layak jalan.
4)         Menyiapkan rencana perjalanan, seperti memeriksa kembali janji dan jadwal pertemuan, mencatat nomor telepon dan alamat perusahaan yang menjadi mitra bisnis.
5)         Memeriksa kembali kelengkapan surat-surat yang diperlukan pimpinan.
6)         Menyerahkan kepada pimpinan semua dokumen perusahaan yang diperlukan dalam perjalanan bisnis tersebut.
  1. Perjalanan bisnis menggunakan kereta api
Hal yang harus dipersiapkan apabila perjalanan bisnis menggunakan kereta api, antara lain:
1)      Usahakan mendapatkan tiket kereta api sebelum jadwal keberangkatan.
2)      Dapatkan konfirmasi dari bagian informasi tentang jadwal keberangkatan dan kedatangan di stasiun tujuan serta konfirmasi tentang ada tidaknya penundaan keberangkatan.
3)       Menyiapkan rencana perjalanan, seperti memeriksa kembali janji dan jadwal pertemuan, mencatat nomor telepon dan alamat perusahaan yang menjadi mitra bisnis Anda.
4)      Memeriksa kembali kelengkapan surat-surat yang diperlukan pimpinan.
5)      Menyerahkan kepada pimpinan semua dokumen perusahaan yang diperlukan dalam perjalanan bisnis tersebut.
  1. Hal-hal yang harus disiapkan ketika melakukan perjalanan bisnis menggunakan transportasi udara, antara lain:
1)      Dapatkan tiket pesawat sebelum jadwal keberangkatan.
2)      Periksa kembali masa berlaku paspor dan visa pimpinan (untuk perjalanan ke luar negeri).
3)      Dapatkan mata uang asing dan travelers cheque.
4)      Pastikan semua barang yang dibawa tidak melebihi berat maksimum yang telah ditentukan.
5)      Memeriksa kembali kelengkapan surat-surat yang diperlukan pimpinan.
6)      Menyerahkan kepada pimpinan semua dokumen perusahaan yang diperlukan dalam perjalanan bisnis tersebut.
7)      Usahakan ada penjemputan di bandara tujuan.
8)      Menyiapkan rencana perjalanan.
  1. Hal yang perlu diperhatikan oleh administrasi kantor/sekretaris dalam menyusun perencanaan transportasi perjalanan bisnis, yaitu sebagai berikut.
    1. Efisiensi dan efektivitas dalam menentukan jenis transportasi yang digunakan.
    2. Transportasi untuk saat keberangkatan, kepulangan, dan transportasi yang digunakan di lokasi pertemuan bisnis (bila diperlukan).
    3. Menentukan jenis transportasi yang digunakan, seperti:
• memakai kendaraan dinas atau kendaraan pribadi pimpinan,
• memakai kereta api atau rental mobil,
• memakai biro jasa,
• memakai jasa maskapai penerbangan.
  1. Dalam menentukan jenis transportasi di atas, seorang administrasi kantor/sekretaris harus sudah mengetahui dengan pasti tempat/lokasi perjalanan bisnis pimpinan.
  2. Faktor lamanya jangka waktu pertemuan bisnis akan menjadi pertimbangan dalam menentukan jenis kendaraan. Jika menggunakan kendaraan dinas biasanya hanya untuk 1–2 hari, tetapi bila waktunya lebih dari dua hari akan lebih efektif menggunakan jasa biro jalanan kereta api, atau kendaraan pribadi pimpinan.
  3. Dalam menyusun rencana transportasi, sebaiknya administrasi kantor/sekretaris harus memiliki daftar lengkap tentang:
1)         nama dan alamat biro-biro perjalanan,
2)         nama-nama maskapai penerbangan,
3)         jadwal perjalanan kereta api.

  1. Langkah-langkah dalam menyusun laporan pembiayaan perjalanan bisnis:
    1. Mengumpulkan bukti-bukti pengeluaran, seperti kuitansi, bon, nota, atau catatan-catatan kecil bukti pengeluaran uang.
    2. Mengelompokkan bukti pengeluaran tersebut ke dalam pos-pos. Misalnya, pos biaya penginapan, pos biaya transportasi, pos biaya entertainment (biaya yang dikeluarkan untuk menjamu mitra/relasi bisnis), pos biaya makan-minum, dan pos pengeluaran lainnya.
    3. Menjumlah secara keseluruhan pos pengeluaran tersebut, sehingga akan terlihat jumlah nominal uang yang sudah dikeluarkan perusahaan untuk perjalanan bisnis pimpinan.
  2. Daftar perjalanan bisnis memuat hal-hal berikut.
    1. Waktu keberangkatan: hari, tanggal, bulan, tahun, dan pukul.
    2. Tempat tujuan perjalanan bisnis, nama kota atau nama negara untuk perjalanan ke luar negeri.
    3. Jangka waktu perjalanan bisnis: jumlah hari/minggu/bulan.
    4. Jenis transportasi yang dipakai.
    5. Tujuan perjalanan bisnis.
    6. Kapan selesai/tiba kembali.
  3. Persiapan pembiayaan perjalanan bisnis, yaitu membuat rencana anggaran biaya secara rinci yang mencakup jumlah biaya yang telah dikeluarkan oleh perusahaan untuk kepentingan pembiayaan selama perjalanan bisnis pimpinan.
  4. Jenis-jenis pembiayaan dalam perjalanan bisnis:
    1. Biaya dokumen perjalanan. Misalnya, biaya pengurusan paspor, biaya fiskal dan airport tax, biaya exit permit, dan biaya health certificate.
    2. Biaya transportasi, meliputi biaya transport pulang pergi, dan biaya transport lokal selama dalam perjalanan bisnis.
    3. Biaya akomodasi.
    4. Biaya acara/kontribusi penyelenggaraan acara. Misalnya biaya seminar, biaya pelatihan.
    5. Biaya meals entertainment, yaitu biaya yang digunakan untuk menjamu relasi.
    6. Biaya konsumsi.
    7. Biaya lunsum/perdien, yaitu biaya pengganti selama bekerja di luar perusahaan.
  5. Surat tugas adalah surat yang dikeluarkan oleh pejabat yang berwenang di perusahaan dan diberikan kepada seorang (bawahan) berfungsi untuk melakukan pekerjaan tertentu.
  6. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menyiapkan akomodasi perjalanan bisnis:
    1. Pemesanan kamar hotel sebaiknya dilakukan sehari sebelumnya, bisa dilakukan melalui telepon, faksimileatau pesan langsung saat tiba di hotel. Gunakan nama pemesan yang benar sesuai KTP untuk memudahkan pengecekan.
    2. Check In dilakukan pada saat memesan kamar di bagian reservation (pemesanan) atau front office(resepsionis). Petugas akan memberitahu tentang beberapa fasilitas serta sarana yang dimiliki hotel.
    3. Check Out , pada umumnya hotel menentukan waktucheck out sekitar antara pukul 12.00 – 14.00 di hari terakhir menginap, di mana tamu hotel kemudian menyerahkan kunci kamar dan memeriksa barang-barang yang dibawa. Biasanya dalam proses check out, resepsionis akan menghubungi bagian-bagian di hotel tersebut, seperti restoran, kafe, bar untuk mengetahui fasilitas apa saja yang telah digunakan oleh tamu yang belum dibayar.
    4. Cara pembayaran, biasanya pembayaran dilakukan pada saat check in, sesuai lamanya waktu menginap dan kelas kamar yang dipilih, pembayaran ini hanya untuk biaya kamar. Untuk biaya-biaya lain, seperti makan minum dibayar langsung setelahnya (saat check out). Tetapi ada pula beberapa hotel yang memakai sistem pembayaran kamar dan fasilitas lainnya dilakukan pada saat akan check out.

31 Des 2012

DESAIN PEMBELAJARAN MODEL HANAFFIN AND PECK


KATA PENGANTAR


       Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat dan karuniaNya sehingga makalah tentang, “DESAIN PEMBELAJARAN MODEL HANAFFIN AND PECK”, telah dapat penulis selesaikan. Makalah ini sebagai salah satu tugas yang harus diselesaikan dalam rangka menyelesaikan mata kuliah Desain Model Pembelajaran IPS pada program Studi Magister Pendidikan IPS di Universitas Lampung.
       Pada kesempatan ini pula penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya atas bantuan baik moril maupun materiil sehingga makalah ini dapat kami selesaikan, kepada :
1.      Dr. R Gunawan Sudarmato, SPd, SE, MM selaku dosen Mata Kuliah Desain Model Pembelajaran  IPS pada program studi Magister Pendidikan IPS Universitas Lampung.
2.      Dr. Herpratiwi, M.Pd. selaku dosen pengampu mata kuliah Desain Model Pembelajaran IPS pada Program Studi Magister Pendidikan IPS Universitas Lampung.
3.      Teman-teman sejawat yang telah membantu terselesainya makalah ini.
4.      Semua pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu per satu.

       Akhirnya penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini. Penulis berharap, semoga  makalah ini akan bermanfaat untuk  menambah ilmu dan wawasan  bagi pembacanya.

Bandar Lampung, Desember 2012
Penulis,


SYAMSI




BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Desain pembelajaran adalah praktik penyusunan media teknologi komunikasi dan isi untuk membantu agar dapat terjadi transfer pengetahuan secara efektif antara guru dan peserta didik. Model-model desain rencana pembelajaran adalah model PPSI, model Banathy, model Kemp, model Gerlach & Elly, model Dick & Carrey, model ASSURE, model ADDIE,  model Hanafin and Peck, dan model waterfall. Dalam model PPSI pengajaran dipandang sebagai suatu sistem. Sub-sistem dari pengajaran, diantaranya tujuan pembelajaran, bahan pelajaran, kegiatan pembelajaran, alat-alat dan sumber pembelajaran dan evaluasi.  Model kemp berorientasi pada perancangan pembelajaran yang menyeluruh. Sehingga guru sekolah dasar dan sekolah menengah, dosen perguruan tinggi, pelatih di bidang industri, serta ahli media yang akan bekerja sebagai perancang pembelajaran. Model Banathy bertitik tolak dari pendekatan sistem (sistem approach), yang mencakup keenam komponen (langkah) yang saling berinterelasi dan berinteraksi untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Model Gerlach & Elly menjadi suatu garis pedoman atau suatu peta perjalanan pembelajaran karena model ini memperlihatkan keseluruhan proses belajar mengajar yang baik, sekalipun tidak menggambarkan secara rinci setiap komponennya.
Desain pembelajaran dikenal beberapa model yang dikemukakan oleh para ahli. Secara umum, model desain pembelajaran dapat diklasifikasikan ke dalam model berorientasi kelas, model berorientasi sistem, model berorientasi produk, model prosedural dan model melingkar.
Model berorientasi kelas biasanya ditujukan untuk mendesain pembelajaran level mikro (kelas) yang hanya dilakukan setiap dua jam pelajaran atau lebih. Contohnya adalah model ADDIE. Model berorientasi produk adalah model desain pembelajaran untuk  menghasilkan suatu produk biasanya media pembelajaran misalnya, video pembelajaran, multimedia pembelajaran atau modul. Contoh modelnya adalah model Hannafin and Peck. Model berorientasi system yaitu model desain pembelajaran untuk menghasilkan suatu system pembelajaran yang cakupannya luas seperti desain sistem suatu pelatihan kurikulum sekolah. Contohnya adalah model ADDIE. Selain itu ada pula yang biasa kita sebut sebagai model procedural dan model melingkar. Contohnya dari model procedural adalah model Dick And Carrey dan contoh model melingkar adalah model J.  E. Kemp.
Adanya variasi model yang ada ini sebenarnya dapat menguntungkan kita. Beberapa keuntungan itu antara lain adalah kita dapat memilih dan menerapkan salah satu model desain pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik yang kita hadapi dilapangan selain itu juga, kita dapat mengembangkan dan membuat model turunan dari model-model yang telah ada. Selain itu kita juga dapat meneliti dan mengembangkan desain yang telah ada untuk dicoba dan diperbaiki.

1.2  Rumusan Masalah
            Berdasarkan latar belakang di atas, maka dalam penulisan makalah ini dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:
1.  Bagaimanakah konsep media pembelajaran?
2.  Apakah pengertian pembelajaran model Hanaffin and Pack?
3.  Bagaimana langkah-langkah model pembelajaran Hanaffin and Pack?

1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari penyusunan makalah ini adalah:
1. Untuk menjelaskan bagaimana cara pembelajaran yang diajarkan, sehingga bisa terlaksana pembelajaran yang diingkan. Melalui konsep media pembelajaran ini peserta didik dapat mengerti dan memahami bagaimana sistem pembelajaran tersebut.  
2. Pembelajaran model Hanaffin and Pack bisa juga membantu peserta didik untuk belajar waupun tidak semua siswa mengerti akan pembelajaran melalui model assure ini, sehingga cara untuk menerapkannya sedikit diminati oleh siswa. Akan tetapi apabila model pembelajaran ini diterapkan dengan baik maka peserta didik juga dapat mengembangkan model pembelajaran Hanaffin and Pack ini juga.
BAB II
PEMBAHASAN

 2.1       Konsep Model Pembelajaran.
Definisi desain sistem pembelajaran merupakan desain pembentukan keseluruhan, struktur kerangka atau outline dan urutan atau sistematika kegiatan. Sehingga desain yang dibuat agar menjadi sebuah kegiatan yang efektif, effisien, dan menarik. Apabila pembelajaran itu menarik maka peserta didik tidak merasa bosan atau monoton, jadi kita dapat membuat pembelajaran itu menyenangkan buat pesarta didik. Baik dari cara mengajar, menyampaikan, dan lain-lain. Prekripsi tentang desain pembelajaran juga untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu, dengan kondisi yang karakteristiknya mata ajar tertentu dan karakteristik pembelajaran tertentu.
Selain itu, strategi pembelajaran yang digunakan juga melalui metode, media, dan lingkungan. Serta komponen utama mendesain pembelajaran dapat melalui beberapa pertanyaan, misalnya:
1.    Apa tujuan (objektives) yang diinginkan?
2.    Siapa audiens (learners) yang menjadi sasaran?
3.    Materi (subject content) apa yang akan diajar atau dilatihkan?
4.    Metode dan media apa yang paling tepat untuk mencapai tujuan?
5.    Bagaiman cara utuk mencapai tujuan tersebut diukur atau evaluasi?
Pembelajaran merupakan rangkaian peristiwa atau kegiatan yang disampaikan secara struktur dan terencana dengan menggunakan sebuah atau beberapa jenis media. Proses belajar mengajar yang dilakukan harus mempunyai tujuan agar peserta didik dapat mecapai kompetensi seperti yang diharapkan. Perancangan aktivitas pembelajaran disebut desain sistem pembelajaran. 

2.2  Pengertian Pembelajaran Model Hanaffin and Pack
Model adalah sesuatu yang menggambarkan adanya pola berfikir. (Pribadi,2009:75). Dalam desain pembelajaran dikenal beberapa model yang dikemukakan oleh para ahli. Secara umum, model desain pembelajaran dapat diklasifikasikan ke dalam model berorientasi kelas, model berorientasi sistem, model berorientasi produk, model prosedural dan model melingkar. Model berorientasi produk adalah model desain pembelajaran untuk menghasilkan suatu produk, biasanya media pembelajaran, misalnya video pembelajaran, multimedia pembelajaran, atau modul. Contoh modelnya adalah Model Hannafin And Peck.
Para pengguna produk/program pembelajaran yang dihasilkan melalui penerapan desain sistem pembelajaran pada model ini biasanya tidak memiliki kontak langsung dengan pengembang programmnya. Kontak langsung antara pengguna program hanya terjadi pada saat proses evaluasi terhadap prototipa program.
Model-model yang tergolong sebagai model yang berorientasi pada produk biasanya ditandai dengan empat asumsi pokok yaitu : (a) produk atau program pembelajaran memang sangat diperlukan, (2) produk atau program pembelajaran baru memang perlu diproduksi, (3) produk atau program pembelajaran memerkukan proses uji coba dan revisi, (4) produk atau program pembelajaran dapat digunakan hanya dengan bimbingan dari fasilitator.
Model Hannafin dan Peck adalah model desain pembelajaran yang terdiri daripada tiga fase yaitu fase Analisis keperluan, fase desain, dan fase pengembangan dan implementasi (Hannafin &  Peck, 1988). Dalam model ini, penilaian dan pengulangan perlu dijalankan dalam setiap fase. Model ini lebih berorientasi produk, melalui tiga fase. Fase-fase tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:
http://ed.isu.edu/depts/imt/isdmodels/Hannafin/images/Peck_01.gif
 











2.3  Langkah-langkah Desain Pembelajaran Model Hanaffin and Peck
Model Hannafin dan Peck ialah model desain pengajaran yang terdiri daripada tiga fase yaitu fase Analisis kebutuhan, fase desain, dan fase pengembangan dan implementasi. Dalam model ini, penilaian dan pengulangan perlu dijalankan dalam setiap fase. Model Hannafin and Peck adalah model desain pembelajaran yang berorientasi produk.
Fase pertama dari model Hannafin dan Peck adalah analisis kebutuhan. Fase ini diperlukan untuk mengidentifikasi kebutuhan-kebutuhan dalam mengembangkan suatu media pembelajaran termasuklah di dalamnya tujuan dan objektif media pembelajaran yang dibuat, pengetahuan dan kemahiran yang diperlukan oleh kelompok sasaran, peralatan dan keperluan media pembelajaran. Setelah semua keperluan diidentifikasi Hannafin dan Peck  menekankan untuk menjalankan penilaian terhadap hasil itu sebelum meneruskan pembangunan ke fase desain.
Fase yang kedua dari model Hannafin dan Peck adalah fase desain. Di dalam fase ini informasi dari fase analisis dipindahkan ke dalam bentuk dokumen yang akan menjadi tujuan pembuatan media pembelajaran. Hannafin dan Peck  dalam fase  ini  desain bertujuan untuk mengidentifikasikan dan mendokumenkan kaedah yang paling baik untuk mencapai tujuan pembuatan media tersebut. Salah satu dokumen yang dihasilkan dalam fase ini ialah dokumen story board yang mengikut urutan aktivitas pengajaran berdasarkan keperluan pelajaran dan objektif media pembelajaran seperti yang diperoleh dalam fase analisis kebutuhan. Story Board adalah kolom teks, audio dan visualisasi dengan keterangan mengenai content dan visualisasi yang digunakan untuk produksi sebuah program. Seperti halnya pada fase pertama, penilaian perlu dijalankan dalam fase ini sebelum dilanjutkan ke fase pengembangan dan implementasi.
Fase ketiga dari model Hannafin dan Peck adalah fase pengembangan dan
implementasi. Hannafin dan Peck, mengatakan aktivitas yang dilakukan pada fase ini ialah penghasilan diagram alur, serta penilaian formatif dan penilaian sumatif. Dokumen story board akan dijadikan landasan bagi pembuatan diagram alur yang dapat membantu proses pembuatan media pembelajaran. Model Hannafin dan Peck (1988) menekankan proses penilaian dan pengulangan harus mengikutsertakan proses-proses pengujian dan penilaian media pembelajaran yang melibatkan ketiga fase secara berkesinambungan. Lebih lanjutHannafin dan Peck (1988) menyebutkan dua jenis penilaian yaitu penilaian formatif dan penilaian sumatif. Penilaian formatif ialah penilaian yang dilakukan sepanjang proses pengembangan media sedangkan penilaian sumatif dilakukan setelah media telah selesai dikembangkan.


























BAB III
KESIMPULAN

3.1   Kesimpulan
Model Hannafin dan Peck adalah model desain pembelajaran yang terdiri daripada tiga fase yaitu fase Analisis keperluan, fase desain, dan fase pengembangan dan implementasi (Hannafin &  Peck, 1988). Dalam model ini, penilaian dan pengulangan perlu dijalankan dalam setiap fase. Model ini lebih berorientasi produk, melalui tiga fase:
  1. Fase pertama,  adalah analisis kebutuhan dilakukan dengan mengidentifikasi kebutuhan-kebutuhan dalam mengembangkan suatu media pembelajaran termasuklah di dalamnya tujuan dan objektif media pembelajaran yang dibuat, pengetahuan dan kemahiran yang diperlukan oleh kelompok sasaran, peralatan dan keperluan media pembelajaran.
  2. Fase  kedua, adalah fase desain, informasi dari fase analisis dipindahkan ke dalam bentuk dokumen yang akan menjadi tujuan pembuatan media pembelajaran. Fase desain bertujuan untuk mengidentifikasikan dan mendokumenkan kaidah yang paling baik untuk mencapai tujuan pembuatan media tersebut. Salah satu dokumen yang dihasilkan dalam fase ini adalah dokumen story board yang mengikut urutan aktifitas  pembelajaran berdasarkan keperluan pelajaran dan objektif media  pembelajaran seperti yang diperoleh dalam fase analisis keperluan.
  3. Fase ketiga adalah fase pengembangan dan implementasi, terdiri dari  penghasilan diagram alur, pengujian, serta penilaian formatif dan penilaian sumatif.  Dokumen story board akan dijadikan landasan bagi pembuatan diagram alir yang dapat membantu proses pembuatan media pembelajaran. Untuk menilai kelancaran media yang dihasilkan seperti kesinambungan link, penilaian dan pengujian dilaksanakan pada fase ini. Model Hannafin dan Peck (1988) menekankan proses penilaian dan pengulangan harus mengikutsertakan proses-proses pengujian dan  penilaian media pembelajaran yang melibatkan ketiga fase secara berkesinambungan.

3.2 Saran
Makalah dan Media  Pembelajaran yang membahas tentang Model Pembelajaran Hanaffin and Peck ini dapat digunakan sebagai salah satu referensi dalam pengajaran maupun dalam pembelajaran, sehingga dapat membantu berlangsungnya belajar mengajar. Walaupun pembahasan yang kami buat belum memenuhi kriteria akan tetapi sedikitnya bisa membantu. 


























DAFTAR PUSTAKA

Pribadi, Benny A. 2009. Model Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta: PT. Dian Rakyat.

Suparman, Atwi. 2009. Desain Intruksional. Jakarta: Universitas Terbuka

Hamelik, Oemar, Perencanaan Pengajaran BerdasarkanPendekatan Sistem,Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2005, cetakan keempat


Dadang Supriatna, Konsep Dasar Desain Pembelajaran, Pusat Pengembangan Dan Pemberdayaan Pendidik Dan Tenaga Kependidikan Taman Kanak Kanak Dan Pendidikan Luar Biasa 2009

Hannafin, M.J. & Peck, K.L. 1988. The design, development, and evaluation Of  instructional software. New York: Mc Millan Publishing Company

Hasbullah, (2006) Implementasi E-Learning Dalam Pengembangan Pembelajaran di Perguruan Tinggi (Proceeding), SNPTE 2006, UNY, Yogyakarta



DESAIN PEMBELAJARAN MODEL HANAFFIN AND PECK


KATA PENGANTAR


       Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat dan karuniaNya sehingga makalah tentang, “DESAIN PEMBELAJARAN MODEL HANAFFIN AND PECK”, telah dapat penulis selesaikan. Makalah ini sebagai salah satu tugas yang harus diselesaikan dalam rangka menyelesaikan mata kuliah Desain Model Pembelajaran IPS pada program Studi Magister Pendidikan IPS di Universitas Lampung.
       Pada kesempatan ini pula penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya atas bantuan baik moril maupun materiil sehingga makalah ini dapat kami selesaikan, kepada :
1.      Dr. R Gunawan Sudarmato, SPd, SE, MM selaku dosen Mata Kuliah Desain Model Pembelajaran  IPS pada program studi Magister Pendidikan IPS Universitas Lampung.
2.      Dr. Herpratiwi, M.Pd. selaku dosen pengampu mata kuliah Desain Model Pembelajaran IPS pada Program Studi Magister Pendidikan IPS Universitas Lampung.
3.      Teman-teman sejawat yang telah membantu terselesainya makalah ini.
4.      Semua pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu per satu.

       Akhirnya penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini. Penulis berharap, semoga  makalah ini akan bermanfaat untuk  menambah ilmu dan wawasan  bagi pembacanya.

Bandar Lampung, Desember 2012
Penulis,


SYAMSI




BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Desain pembelajaran adalah praktik penyusunan media teknologi komunikasi dan isi untuk membantu agar dapat terjadi transfer pengetahuan secara efektif antara guru dan peserta didik. Model-model desain rencana pembelajaran adalah model PPSI, model Banathy, model Kemp, model Gerlach & Elly, model Dick & Carrey, model ASSURE, model ADDIE,  model Hanafin and Peck, dan model waterfall. Dalam model PPSI pengajaran dipandang sebagai suatu sistem. Sub-sistem dari pengajaran, diantaranya tujuan pembelajaran, bahan pelajaran, kegiatan pembelajaran, alat-alat dan sumber pembelajaran dan evaluasi.  Model kemp berorientasi pada perancangan pembelajaran yang menyeluruh. Sehingga guru sekolah dasar dan sekolah menengah, dosen perguruan tinggi, pelatih di bidang industri, serta ahli media yang akan bekerja sebagai perancang pembelajaran. Model Banathy bertitik tolak dari pendekatan sistem (sistem approach), yang mencakup keenam komponen (langkah) yang saling berinterelasi dan berinteraksi untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Model Gerlach & Elly menjadi suatu garis pedoman atau suatu peta perjalanan pembelajaran karena model ini memperlihatkan keseluruhan proses belajar mengajar yang baik, sekalipun tidak menggambarkan secara rinci setiap komponennya.
Desain pembelajaran dikenal beberapa model yang dikemukakan oleh para ahli. Secara umum, model desain pembelajaran dapat diklasifikasikan ke dalam model berorientasi kelas, model berorientasi sistem, model berorientasi produk, model prosedural dan model melingkar.
Model berorientasi kelas biasanya ditujukan untuk mendesain pembelajaran level mikro (kelas) yang hanya dilakukan setiap dua jam pelajaran atau lebih. Contohnya adalah model ADDIE. Model berorientasi produk adalah model desain pembelajaran untuk  menghasilkan suatu produk biasanya media pembelajaran misalnya, video pembelajaran, multimedia pembelajaran atau modul. Contoh modelnya adalah model Hannafin and Peck. Model berorientasi system yaitu model desain pembelajaran untuk menghasilkan suatu system pembelajaran yang cakupannya luas seperti desain sistem suatu pelatihan kurikulum sekolah. Contohnya adalah model ADDIE. Selain itu ada pula yang biasa kita sebut sebagai model procedural dan model melingkar. Contohnya dari model procedural adalah model Dick And Carrey dan contoh model melingkar adalah model J.  E. Kemp.
Adanya variasi model yang ada ini sebenarnya dapat menguntungkan kita. Beberapa keuntungan itu antara lain adalah kita dapat memilih dan menerapkan salah satu model desain pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik yang kita hadapi dilapangan selain itu juga, kita dapat mengembangkan dan membuat model turunan dari model-model yang telah ada. Selain itu kita juga dapat meneliti dan mengembangkan desain yang telah ada untuk dicoba dan diperbaiki.

1.2  Rumusan Masalah
            Berdasarkan latar belakang di atas, maka dalam penulisan makalah ini dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:
1.  Bagaimanakah konsep media pembelajaran?
2.  Apakah pengertian pembelajaran model Hanaffin and Pack?
3.  Bagaimana langkah-langkah model pembelajaran Hanaffin and Pack?

1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari penyusunan makalah ini adalah:
1. Untuk menjelaskan bagaimana cara pembelajaran yang diajarkan, sehingga bisa terlaksana pembelajaran yang diingkan. Melalui konsep media pembelajaran ini peserta didik dapat mengerti dan memahami bagaimana sistem pembelajaran tersebut.  
2. Pembelajaran model Hanaffin and Pack bisa juga membantu peserta didik untuk belajar waupun tidak semua siswa mengerti akan pembelajaran melalui model assure ini, sehingga cara untuk menerapkannya sedikit diminati oleh siswa. Akan tetapi apabila model pembelajaran ini diterapkan dengan baik maka peserta didik juga dapat mengembangkan model pembelajaran Hanaffin and Pack ini juga.
BAB II
PEMBAHASAN

 2.1       Konsep Model Pembelajaran.
Definisi desain sistem pembelajaran merupakan desain pembentukan keseluruhan, struktur kerangka atau outline dan urutan atau sistematika kegiatan. Sehingga desain yang dibuat agar menjadi sebuah kegiatan yang efektif, effisien, dan menarik. Apabila pembelajaran itu menarik maka peserta didik tidak merasa bosan atau monoton, jadi kita dapat membuat pembelajaran itu menyenangkan buat pesarta didik. Baik dari cara mengajar, menyampaikan, dan lain-lain. Prekripsi tentang desain pembelajaran juga untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu, dengan kondisi yang karakteristiknya mata ajar tertentu dan karakteristik pembelajaran tertentu.
Selain itu, strategi pembelajaran yang digunakan juga melalui metode, media, dan lingkungan. Serta komponen utama mendesain pembelajaran dapat melalui beberapa pertanyaan, misalnya:
1.    Apa tujuan (objektives) yang diinginkan?
2.    Siapa audiens (learners) yang menjadi sasaran?
3.    Materi (subject content) apa yang akan diajar atau dilatihkan?
4.    Metode dan media apa yang paling tepat untuk mencapai tujuan?
5.    Bagaiman cara utuk mencapai tujuan tersebut diukur atau evaluasi?
Pembelajaran merupakan rangkaian peristiwa atau kegiatan yang disampaikan secara struktur dan terencana dengan menggunakan sebuah atau beberapa jenis media. Proses belajar mengajar yang dilakukan harus mempunyai tujuan agar peserta didik dapat mecapai kompetensi seperti yang diharapkan. Perancangan aktivitas pembelajaran disebut desain sistem pembelajaran. 

2.2  Pengertian Pembelajaran Model Hanaffin and Pack
Model adalah sesuatu yang menggambarkan adanya pola berfikir. (Pribadi,2009:75). Dalam desain pembelajaran dikenal beberapa model yang dikemukakan oleh para ahli. Secara umum, model desain pembelajaran dapat diklasifikasikan ke dalam model berorientasi kelas, model berorientasi sistem, model berorientasi produk, model prosedural dan model melingkar. Model berorientasi produk adalah model desain pembelajaran untuk menghasilkan suatu produk, biasanya media pembelajaran, misalnya video pembelajaran, multimedia pembelajaran, atau modul. Contoh modelnya adalah Model Hannafin And Peck.
Para pengguna produk/program pembelajaran yang dihasilkan melalui penerapan desain sistem pembelajaran pada model ini biasanya tidak memiliki kontak langsung dengan pengembang programmnya. Kontak langsung antara pengguna program hanya terjadi pada saat proses evaluasi terhadap prototipa program.
Model-model yang tergolong sebagai model yang berorientasi pada produk biasanya ditandai dengan empat asumsi pokok yaitu : (a) produk atau program pembelajaran memang sangat diperlukan, (2) produk atau program pembelajaran baru memang perlu diproduksi, (3) produk atau program pembelajaran memerkukan proses uji coba dan revisi, (4) produk atau program pembelajaran dapat digunakan hanya dengan bimbingan dari fasilitator.
Model Hannafin dan Peck adalah model desain pembelajaran yang terdiri daripada tiga fase yaitu fase Analisis keperluan, fase desain, dan fase pengembangan dan implementasi (Hannafin &  Peck, 1988). Dalam model ini, penilaian dan pengulangan perlu dijalankan dalam setiap fase. Model ini lebih berorientasi produk, melalui tiga fase. Fase-fase tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:
http://ed.isu.edu/depts/imt/isdmodels/Hannafin/images/Peck_01.gif
 











2.3  Langkah-langkah Desain Pembelajaran Model Hanaffin and Peck
Model Hannafin dan Peck ialah model desain pengajaran yang terdiri daripada tiga fase yaitu fase Analisis kebutuhan, fase desain, dan fase pengembangan dan implementasi. Dalam model ini, penilaian dan pengulangan perlu dijalankan dalam setiap fase. Model Hannafin and Peck adalah model desain pembelajaran yang berorientasi produk.
Fase pertama dari model Hannafin dan Peck adalah analisis kebutuhan. Fase ini diperlukan untuk mengidentifikasi kebutuhan-kebutuhan dalam mengembangkan suatu media pembelajaran termasuklah di dalamnya tujuan dan objektif media pembelajaran yang dibuat, pengetahuan dan kemahiran yang diperlukan oleh kelompok sasaran, peralatan dan keperluan media pembelajaran. Setelah semua keperluan diidentifikasi Hannafin dan Peck  menekankan untuk menjalankan penilaian terhadap hasil itu sebelum meneruskan pembangunan ke fase desain.
Fase yang kedua dari model Hannafin dan Peck adalah fase desain. Di dalam fase ini informasi dari fase analisis dipindahkan ke dalam bentuk dokumen yang akan menjadi tujuan pembuatan media pembelajaran. Hannafin dan Peck  dalam fase  ini  desain bertujuan untuk mengidentifikasikan dan mendokumenkan kaedah yang paling baik untuk mencapai tujuan pembuatan media tersebut. Salah satu dokumen yang dihasilkan dalam fase ini ialah dokumen story board yang mengikut urutan aktivitas pengajaran berdasarkan keperluan pelajaran dan objektif media pembelajaran seperti yang diperoleh dalam fase analisis kebutuhan. Story Board adalah kolom teks, audio dan visualisasi dengan keterangan mengenai content dan visualisasi yang digunakan untuk produksi sebuah program. Seperti halnya pada fase pertama, penilaian perlu dijalankan dalam fase ini sebelum dilanjutkan ke fase pengembangan dan implementasi.
Fase ketiga dari model Hannafin dan Peck adalah fase pengembangan dan
implementasi. Hannafin dan Peck, mengatakan aktivitas yang dilakukan pada fase ini ialah penghasilan diagram alur, serta penilaian formatif dan penilaian sumatif. Dokumen story board akan dijadikan landasan bagi pembuatan diagram alur yang dapat membantu proses pembuatan media pembelajaran. Model Hannafin dan Peck (1988) menekankan proses penilaian dan pengulangan harus mengikutsertakan proses-proses pengujian dan penilaian media pembelajaran yang melibatkan ketiga fase secara berkesinambungan. Lebih lanjutHannafin dan Peck (1988) menyebutkan dua jenis penilaian yaitu penilaian formatif dan penilaian sumatif. Penilaian formatif ialah penilaian yang dilakukan sepanjang proses pengembangan media sedangkan penilaian sumatif dilakukan setelah media telah selesai dikembangkan.


























BAB III
KESIMPULAN

3.1   Kesimpulan
Model Hannafin dan Peck adalah model desain pembelajaran yang terdiri daripada tiga fase yaitu fase Analisis keperluan, fase desain, dan fase pengembangan dan implementasi (Hannafin &  Peck, 1988). Dalam model ini, penilaian dan pengulangan perlu dijalankan dalam setiap fase. Model ini lebih berorientasi produk, melalui tiga fase:
  1. Fase pertama,  adalah analisis kebutuhan dilakukan dengan mengidentifikasi kebutuhan-kebutuhan dalam mengembangkan suatu media pembelajaran termasuklah di dalamnya tujuan dan objektif media pembelajaran yang dibuat, pengetahuan dan kemahiran yang diperlukan oleh kelompok sasaran, peralatan dan keperluan media pembelajaran.
  2. Fase  kedua, adalah fase desain, informasi dari fase analisis dipindahkan ke dalam bentuk dokumen yang akan menjadi tujuan pembuatan media pembelajaran. Fase desain bertujuan untuk mengidentifikasikan dan mendokumenkan kaidah yang paling baik untuk mencapai tujuan pembuatan media tersebut. Salah satu dokumen yang dihasilkan dalam fase ini adalah dokumen story board yang mengikut urutan aktifitas  pembelajaran berdasarkan keperluan pelajaran dan objektif media  pembelajaran seperti yang diperoleh dalam fase analisis keperluan.
  3. Fase ketiga adalah fase pengembangan dan implementasi, terdiri dari  penghasilan diagram alur, pengujian, serta penilaian formatif dan penilaian sumatif.  Dokumen story board akan dijadikan landasan bagi pembuatan diagram alir yang dapat membantu proses pembuatan media pembelajaran. Untuk menilai kelancaran media yang dihasilkan seperti kesinambungan link, penilaian dan pengujian dilaksanakan pada fase ini. Model Hannafin dan Peck (1988) menekankan proses penilaian dan pengulangan harus mengikutsertakan proses-proses pengujian dan  penilaian media pembelajaran yang melibatkan ketiga fase secara berkesinambungan.

3.2 Saran
Makalah dan Media  Pembelajaran yang membahas tentang Model Pembelajaran Hanaffin and Peck ini dapat digunakan sebagai salah satu referensi dalam pengajaran maupun dalam pembelajaran, sehingga dapat membantu berlangsungnya belajar mengajar. Walaupun pembahasan yang kami buat belum memenuhi kriteria akan tetapi sedikitnya bisa membantu. 


























DAFTAR PUSTAKA

Pribadi, Benny A. 2009. Model Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta: PT. Dian Rakyat.

Suparman, Atwi. 2009. Desain Intruksional. Jakarta: Universitas Terbuka

Hamelik, Oemar, Perencanaan Pengajaran BerdasarkanPendekatan Sistem,Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2005, cetakan keempat


Dadang Supriatna, Konsep Dasar Desain Pembelajaran, Pusat Pengembangan Dan Pemberdayaan Pendidik Dan Tenaga Kependidikan Taman Kanak Kanak Dan Pendidikan Luar Biasa 2009

Hannafin, M.J. & Peck, K.L. 1988. The design, development, and evaluation Of  instructional software. New York: Mc Millan Publishing Company

Hasbullah, (2006) Implementasi E-Learning Dalam Pengembangan Pembelajaran di Perguruan Tinggi (Proceeding), SNPTE 2006, UNY, Yogyakarta